Pages

Senin, 25 Januari 2010

Pencarian Jati Diri (agak berat nih)


Ada sebuah novel yang sangat-sangat gue suka dan ceritanya selalu gue ikutin dengan setia dari novel pertama sampai ketiga. Ceritanya gampang dicerna dan gue rasa cocok banget sama kehidupan gue yang baru-baru masuk SMA.
Tapi sayangnya, gue selalu membanding-bandingkan diri gue sendiri dengan tokoh dalam novel tersebut. Dari 3 novel yang ada, tokoh utamanya beda-beda, namun ceritanya saling berkaitan. Dan masalahnya, ketiga tokoh ini seolah-olah bergabung menjadi satu dalam diri gue.

Pada novel pertama, tokoh utamanya ini, katakanlah si A. si A ini pinter banget, namun ia terjebak dalam dunia sekolahnya yang mulai berbeda sejak memiliki sahabat baru. Bukannya gue sok, tapi menurut gue kesamaan gue dan A adalah karakternya. Sama-sama cewek nerd yang baru mengenal dunia remaja.
Gue bener-bener ngerasain ini waktu SMP, di mana gue sebagai cewek nerd (yah gak nerd banget, tapi model-modelnya kurang lebih begitu) mulai ngerasain dunia baru dalam hidup gue. Pulang sekolah gak langsung pulang, suka banget jajan dan jalan-jalan. (meskipun jalan-jalannya gak jelas ke mana, yang penting jalan aja. jalan kakii... hehe)

Pada novel kedua, gue pun merasa memiliki kesamaan dengan tokoh utamanya. Seorang cewek kaya yang baru masuk SMA dan langsung mendapat sorotan murid-murid satu sekolah termasuk kakak kelasnya (yang ini agak berbeda, gue nggak segitunya juga kali), namun dia hanya diam, angkuh, dan auranya itu bikin orang-orang segan sama dia. Katakanlah B. Persamaan gue dan cewek ini adalah terjun ke dunia yang menurut gue nggak banget dan menampilkan keangkuhan serta sikap-sikap yang nunjukin kalo gue itu lebih dari yang lain. (gue tau ini emang parah dan berlebihan)
Gue ngerasain ini pas awal gue masuk SMA. Di saat itu, gue bener-bener nutup diri banget, nggak terbuka, kesannya angkuh, sombong, jutek, sampai-sampai temen-temen sekelas gue tuh kesel ngeliat tampang jutek gue. hahaha. Meskipun kakak-kakak kelas gue baik-baik, gue tetap aja menganggap mereka itu nggak penting. Seolah gue yang paling ok. (gue tau ini ngeselin)
Pada waktu itu, gue ngerasa dunia gue di SMA beda banget sama di SMP. Makanya gue nggak langsung bisa adaptasi dan akhirnya ngasih kesan begitu. Dan pengakuan gue adalah waktu itu gue sempat nggak menerima sekolah dan lingkungan baru gue. tapi ternyata gue salah, justru temen-temen gue itu yang bikin gue merasa nyaman di sekolah.

Pada novel ketiga, anggaplah si C. C ini anaknya centil, nggak bisa diem, suka belanja, fashionista, yah mungkin agak mirip gue tapi bedanya gue nggak se freak itu. hahaha.
Persamaan gue dan si C ini adalah soal cinta. (eheeemm...) di umur gue yang semuda ini bukan berarti gue nggak tau apa-apa tentang cinta itu. karena gue nggak memungkiri, gue punya perasaan juga sebagai manusia. haha. di SMA ini lah konflik-konflik itu terjadi dan membuat gue berpikir lebih dewasa (meskipun kadang suka loncat-loncat nggak jelas dan bermimpi berpetualang bersama Doraemon. haha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar